Rabu, 19 Januari 2011

Arti salam

Assalamu alaikum (السلام عليكم as-salāmu `alaykum) merupakan salam dalam Bahasa Arab, dan digunakan oleh kultur Muslim. Salam ini adalah Sunnah Nabi Muhammad SAW, yang dapat merekatkan Ukhuwah Islamiyah umat Muslim di seluruh dunia. Untuk yang mengucapkan salam, hukumnya adalah Sunnah. Sedangkan bagi yang mendengarnya, wajib untuk menjawabnya.

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Kamu tidak dapat memasuki Surga kecuali bila kamu beriman. Imanmu belumlah lengkap sehingga kamu berkasih-sayang satu sama lain. Maukah kuberitahukan kepadamu sesuatu yang jika kamu kerjakan, kamu akan menanamkan dan memperkuat kasih-sayang diantara kamu sekalian? Tebarkanlah ucapan salam satu sama lain, baik kepada yang kamu kenal maupun yang belum kamu kenal." (Muslim)

Abdullah bin Amr RA mengisahkan bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW, “Apakah amalan terbaik dalam Islam?” Rasulullah SAW menjawab: Berilah makan orang-orang dan tebarkanlah ucapan salam satu sama lain, baik kamu saling mengenal ataupun tidak.” (Sahihain)Abu Umammah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: ”Orang yang lebih dekat kepada Allah SWT adalah yang lebih dahulu memberi Salam.” (Musnad Ahmad, Abu Dawud, dan At Tirmidzi)

Abdullah bin Mas’ud RA meriwayatkan Bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Salam adalah salah satu Asma Allah SWT yang telah Allah turunkan ke bumi, maka tebarkanlah salam. Ketika seseorang memberi salam kepada yang lain, derajatnya ditinggikan dihadapan Allah. Jika jama’ah suatu majlis tidak menjawab ucapan salamnya maka makhluk yang lebih baik dari merekalah (yakni para malaikat) yang menjawab ucapan salam.” (Musnad Al Bazar, Al Mu’jam Al Kabir oleh At Tabrani)

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Orang kikir yang sebenar-benarnya kikir ialah orang yang kikir dalam menyebarkan Salam.” Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 86:"Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan maka balaslah dengan penghormatan yang lebih baik, atau balaslah dengan yang serupa. Sesungguhnya Allah akan memperhitungkan setiap yang kamu kerjakan".

Demikianlah Allah SWT memerintahkan agar seseorang membalas dengan ucapan yang setara atau yang lebih baik. Hal ini telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hathim. Suatu hari ketika Rasulullah SAW sedang duduk bersama para sahabatnya, seseorang datang dan mengucapkan, “Assalaamu’alaikum.” Maka Rasulullah SAW pun membalas dengan ucapan “Wa’alaikum salaam wa rahmah”
Orang kedua datang dengan mengucapkan “Assalaamu’alaikum wa rahmatullah” Maka Rasulullah membalas dengan, “Wa’alaikum salaam wa rahmatullah wabarakatuh” .
Ketika orang ketiga datang dan mengucapkan “Assalaamu’alaikum wa rahmatullah wabarakatuhu.” Rasulullah SAW menjawab: ”Wa’alaika”.Orang yang ketiga pun terperanjat dan bertanya, namun tetap dengan kerendah-hatian, “Wahai Rasulullah, ketika mereka mengucapkan Salam yang ringkas kepadamu, Engkau membalas dengan Salam yang lebih baik kalimatnya. Sedangkan aku memberi Salam yang lengkap kepadamu, aku terkejut Engkau membalasku dengan sangat singkat hanya dengan wa’alaika.” Rasulullah SAW menjawab, “Engkau sama sekali tidak menyisakan ruang bagiku untuk yang lebih baik. Karena itulah aku membalasmu dengan ucapan yang sama sebagaimana yang di jabarkan Allah di dalam Al-Qur’an.”Dengan demikian kita bisa mengambil kesimpulan bahwa, membalas Salam dengan tiga frasa (anak kalimat) itu hukumnya Sunnah, yaitu cara yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. Kebijaksanaan membatasi Salam dengan tiga frasa ini karena Salam dimaksudkan sebagai komunikasi ringkas bukannya pembicaraan panjang.Di dalam ayat ini Allah SWT menggunakan kalimat obyektif tanpa menunjuk subyeknya.

Dengan demikian Al-Qur’an mengajarkan etika membalas penghormatan. Disini secara tidak langsung kita diperintah untuk saling memberi salam. Tidak adanya subyek menunjukkan bahwa hal saling memberi salam adalah kebiasaan normal dan wajar yang selalu dilakukan oleh orang-orang beriman. Tentu saja yang mengawali mengucapkan salamlah yang lebih dekat kepada Allah SWT sebagaimana sudah dijelaskan diatas. Hasan Basri menyimpulkan bahwa:“ Mengawali mengucapkan salam sifatnya adalah sukarela, sedangkan membalasnya adalah kewajiban” Disebutkan di dalam Muwattha’ Imam Malik, diriwayatkan oleh Tufail bin Ubai bin Ka’ab bahwa,

Abdullah bin Umar RA biasa pergi ke pasar hanya untuk memberi salam kepada orang-orang disana tanpa ada keperluan membeli atau menjual apapun. Ia benar-benar memahami arti penting mengawali mengucapkan salam. Pada bagian kalimat terakhir Surat An-Nisa ayat 86, Allah SWT berfirman:…" Sesungguhnya Allah akan memperhitungkan setiap yang kamu kerjakan".

Disini, mendahului memberi salam dan membalasnya juga termasuk yang diperhitungkan. Maka kita hendaknya menyukai mendahului memberi salam. Sama halnya kita harus membalas salam demi menyenangkan Allah SWT dan menyuburkan kasih-sayang diantara kita semua.Rasulullah SAW selanjutnya memberikan arahan memberi salam bahwa:Orang yang berkendaraan harus memberi salam kepada pejalan-kaki.Orang yang berjalan kaki memberi salam kepada yang duduk.Kelompok yang lebih sedikit memberi salam kepada kelompok yang lebih banyak jumlahnya.Yang meninggalkan tempat memberi salam kepada yang tinggal.Ketika pergi meninggalkan atau pulang ke rumah, ucapkanlah salam meski tak seorangpun ada di rumah (malaikat yang akan menjawab).Jika bertemu berulang-ulang maka ucapkan salam setiapkali bertemu.Pengecualian kewajiban menjawab salam:Ketika sedang salat. Membalas ucapan salam ketika salat membatalkan salatnya.Khatib, orang yang sedang membaca Al-Qur’an, atau seseorang yang sedang mengumandangkan Adzan atau Iqamah, atau sedang mengajarkan kitab-kitab Islam.Ketika sedang buang air atau berada di kamar mandi.Selanjutnya, Allah SWT menerangkan keutamaan salam di dalam surat Al-An’aam ayat 54:Jika orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami (Al-Qur’an) datang kepadamu, ucapkanlah “Salaamun’alaikum (selamat-sejahtera bagimu)”, Tuhanmu telah menetapkan bagi diri-Nya kasih-sayang. (Yaitu) Bahwa barangsiapa berbuat kejahatan karena kejahilannya (tidak tahu/bodoh) kemudian ia bertaubat setelah itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Allah s.w.t berfirman dalam surah al-Hasyr, ayat 23, mak sudnya: Dialah Allah, tiada Tuhan melainkan Dia; Yang Menguasai; Yang Maha Suci; Yang Maha Sejahtera; Yang Melimpahkan Keamanan; Maha Pengawal; Maha Kuasa; Maha Kuat; Memiliki segala Kebesaran. Maha Suci Allah dari segala yang mereka sekutukan.”Di dalam ayat ini, as-Salaam (Maha Sejahtera) adalah satu daripada nama agung Allah s.w.t. Sebelum terbitnya fajar Islam, orang Arab biasa menggunakan ungkapan lain, seperti ‘Hayakallah’ yang ertinya semoga Allah menjagamu tetap hidup.Kemudian Islam memperkenalkan ungkapan ‘Assalamu alaikum, ertinya semoga kamu terselamat daripada segala duka, kesulitan dan nestapa.

Ibnu Al-Arabi di dalam kitabnya ‘Al-Ahkamul Quran’ mengatakan, salam adalah satu ciri Allah s.w.t dan bererti “Semoga Allah menjadi pelindungmu.’Jangan pandang remeh pada ucapan salam. Disebabkan tidak memahami kedudukan ucapan “Assalamualaikum”, ucapan selamat pagi dan good morning lebih selesa di ungkapkan.Betapa besarnya makna salam dan ungkapan “Assala amualaikum”. Elok kita dalami makna salam, antaranya:Salam bukan sekadar ungkapan kasih sayang, tetapi juga doa pengharapan agar anda selamat daripada segala macam duka derita.Tidak seperti kebiasaan orang Arab yang mendoakan untuk tetap hidup atau selamat pagi yang sudah selamat. Kita yang belum mendapat jaminan selamat sepatutnya didoakan. Salam juga mendoakan agar hidup kita bukan saja selamat tetapi supaya mendapat penuh kebaikan.Salam mengingatkan kita semua bergantung kepada Allah s.w.t. Tidak satu pun makhluk yang boleh mencelakai atau memberikan manfaat kepada sesiapapun, juga tanpa per kenan Allah s.w.t.Perhatikanlah, ketika seseorang mengatakan kepada anda: “Aku berdoa semoga kamu sejahtera.” Maka ia menyatakan dan berjanji, yang anda aman daripada tangan (perla kuannya), lidahnya (lisan) dan ia akan menghormati hak hidup, kehormatan serta harga diri anda.Maknanya, orang yang mengucapkan salam itu memberikan pernyataan yang ‘kamu tidak terancam dan aman sepenuhnya daripada diriku.’ Kesimpulannya salam bererti mengingatkan (zikir) Allah dan mengingatkan diri.Ungkapan kasih sayang antara sesama Muslim adalah doa yang istimewa dan pernyataan atau pemberitahuan yang ‘anda aman daripada bahaya tangan dan lidahku.’Mulai sekarang, jangan berpisah dengan ucapan “Assa lammualaikum” sebab kelebihannya sangat hebat.Abdullah bin Mas’ud r.a meriwayatkan, bahawa Rasulullah s.a.w bersabda, maksudnya: “Salam adalah salah satu asma (nama) Allah s.w.t yang telah Allah turunkan ke bumi, maka tebarkanlah salam. Ketika seseorang memberi salam kepada yang lain, darjatnya ditinggikan di hadapan Allah. Jika jemaah suatu majlis tidak menjawab ucapan salamnya maka makhluk yang lebih baik dari merekalah (yakni para malaikat) yang menjawab ucapan salam.” (Musnad Al Bazar, Al Mu’jam Al Kabir oleh At Tabrani).

salam.”Secara harfiah  ini artinya:"Semoga diberikan keselamatan atasmu, dan rahmat Allah serta berkahNya juga kepadamu".Terima kasih anda tidak menyingkatnya menjadi Ass.wrwb., karena penyingkatan itu bisa menimbulkan makna lain. karena akan berbeda makna nya...maupuon artinya.

idola

Dari Ibnu Abbas, dia mendengat Umar berkata di atas mimbar, “Saya mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian terlalu berlebih-lebihan kepadaku sebagaimana orang-orang Nasrani telah berlebih-lebihan kepada Isa bin Maryam, sesunggunhya aku hanyalah seorang hamba Allah maka katakanlah hamba Allah dan RasulNya” (HR Al-Bukhari no 3445, 6830)

kisah seorang wanita mesir

Sebuah kisah nyata dimusim panas yang menyengat di mesir,majalah Al-Manar mengisahkannya sebagai berikut.....
musim panas merupakan ujian yg cukup berat, terutama bagi muslimah di mesir,untuk tetap mempertahankan pakaiannya yg sopan dan sesuai dgn tuntutan agama.gerah dan panas tak lantas menjadikannya menggadaikan akhlak,...

Dalam sebuah perjalanan yang cukup panjang di ätäs mikrobus antara kairo dan iskandariah,ada seorang wanita muda yg mengusik pemandangan musim panas itu,wanita muda itu berpakaian kurang layak untuk ukuran menutup aurat dan bahkan sangat terbuka...
wanita muda dan cantik tersebut jelas orang mesir yg modern,ia duduk di ujung kursi dekat pintu keluar sehìngga setiap orang yg lalu lalang keluar-masuk minibus itu akan mendekat dan melewatinya.....

<span> </span>Cara berpakaian seperti itu mengundang perhatian seorang bapak setengah baya yg kebetulan duduk disampingnya,laki2 berpakaian khas mesir tersebut mengingatkan akaian seperti itu bisa mengundang hal yg tak baik baginya,juga melanggar aturan agama dan norma kesopanan di mesir...
Tapi apa tanggapan wanita muda cantik? Dengan ketersinggungan yg sangat ia mengekspresikan kemarahannya,ia merasa privasinya diusik hak berpakaian menurutnya adalah hak 'prerogatif'seseorang,wanita itu menjawab dgn jawaban yg mencengangkan."Jika memang bapak mau,ini ponsel saya tolong pesankan saya tempat di neraka Tuhan anda.!"katanya seraya menyodorkan ponselnya,sebuah respons yg sangat frontal yg tak diduga laki-laki setengah baya itu...

laki-laki tersebut kemudian mengucapkan istigfar dan ia terus mengucapkan asma-asma ALLAH,...
Detik-detik berikutnya suasana pun hening beberapa orang terlihat kelelahan dalam perjalanan yg memakan waktu berjam-jam itu dan terlelap dalam mimpinya,tak terkecuali wanita muda itu hingga sampailah perjalanan di penghujung tujuan terminal akhir mikrobus,kini semua penumpang bersiap-siap untuk turun tapi mereka terhalangi oleh wanita muda tersebut yg masih terlihat tidur,ia berada didekat pintu keluar....

 "Bangunkan saja !" kata beberapa orang sambil menggerutu,karena beberapa laki-laki tak berani menyentuh perempuan itu,tampìllah seorang wanita setengah tua yg mencoba membangunkannya,panggilan dan guncangan wanita tua itu ternyata tak bisa membangunkan Si wanita jelita tersebut...
Namun setelah di guncangkan berkali-kali dan perempuan itu tak bereaksi sedikitpun, dan di pastikan bahwa ia tak bernyawa lagi, ia menemui ajalnya, seisi mikrobus tersebut terus beristigfar,membacakan asma asma ALLAH SWT
Sebagaimana yg dilakukan bapak tua tadi...

Sebuah akhir yg menakutkan,Mati dalam keadaan menentang ALLAH ,seandainya tiap manusia mengetahui akhir hidupnya...seandainya tiap manusia menyadari bahwa hidupnya bisa berakhir setiap saat...seandainya tiap
 manusia takut bertemu dengan pencipta-Nya dalam keadaan yang buruk...seandainya tiap manusia tahu bagaimana kemurkaan allah....hanya ALLAH SWT yang Maha Mengetahui dan sungguh sang Pencipta akan menyayangi kita yg masih terus berada dibimbing-Nya dan terus berusaha dijalan NYA

Bagaimana Doa terkabul

Apakah yang di maksud dgn doa itu dan bagaimana doa itu cepat terkabul dan knapa doa tak kunjung terkabul...seperti yg kita ketahui jikalau doa adalah sebuah pengharapan kepada sang pencipta karena sesuatu hal,  akan menjelaskan sedikit tentang arti doa.dan Bagaimana Doa itu terkabul.

Berfirman Allah SWT :'' Aku menerima doa seorang yang berdoa kepada-Ku''(TQS al-Baqarah : 186) dan Allah berfirman dalam surah al-Mu'min ayat 60 yang artinya:''Berdoa lah kamu kepada-Ku,niscaya Aku perkenalkan bagimu.''
“Do’a itu adalah ibadah.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi).

Mungkin banyak yg bertanya2 Bukankah suatu kenyataan bahwa banyak orang yg memohon sesuatu tetapi ia tidak mendapatkan hasil sebagaimana yg di doakan....karena semuanya tergantung kehendak Allah,akan tetapi di terimanya doa seorang hamba oleh Allah SWT kemungkinannya bisa bermacam-macam: adakalanya diberikan menurut apa yang dimintanya,adakalanya dipalingkan atau dihindarkan dari kejahatan atau musibah seharga doa itu atau disimpan oleh Allah baginya sebagai pahala di akhirat nanti,..Dengan diperolehnya kemungkinannya bisa bermacam-macam: adakalanya diberikan menurut apa yang dimintanya,adakalanya dipalingkan atau dihindarkan dari kejahatan atau musibah seharga doa itu atau disimpan oleh Allah baginya sebagai pahala di akhirat nanti,.

Dengan diperolehnya salahsatu dari tiga perkara ini berarti Allah SWT telah memperkenankan doa orang tersebut....Diriwayatkan dari Ubadah bin Shamit RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: ''Tidak ada di muka bumi seorang muslim yang berdoa kepada Allah dengan suatu doa melainkan Allah berikan kepadanya sesuai yang di mintanya,atau Allah palingkan kejahatan darinya seharga doanya itu,selama ia tidak berdoa dengan suatu kedosaan atau memutuskan tali kekeluargaan.''maka berkatalah seorang laki-laki dari suatu kaum,'kalau begitu kami akan memperbanyak doa.' lalu Rasulullah SAW bersabda: '' Penerimaan Allah lebih banyak lagi.'' (H.R. At-Tirmidzi)..
Riwayat Al-Hakim dalam Al-Mustadrak nya dari riwayat Abu Said Al-Khudry :'' Atau Allah simpan kan untuk nya pahala di akhirat seharga doa itu.''


Oleh karenanya, penting bagi seseorang yang berdo’a untuk mengetahui syarat-syarat dan adab-adab dalam berdo’a, serta hal-hal yang bisa menghalangi terkabulnya do’a, sehingga do’a tersebut benar-benar akan berfungsi sebagai sebuah senjata yang ampuh. Diantara syarat dan adab dalam berdo’a adalah:
1.   Ikhlash, hadirnya hati, dan mengharap do’anya dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Berdo’alah kalian kepada Allah dalam keadaan kalian yakin akan dikabulkan. Sesungguhnya Allah tidak menerima do’a dari hati yang lalai lagi main-main (tidak bersungguh-sungguh).” (HR. At-Tirmidzi)

2.   TIdak terburu-buru

Sikap sabar dan tidak terburu-buru dalam berdo’a merupakan syarat dan adab dikabulkannya sebuah do’a. Sebaliknya, terburu-buru dan tidak sabar dalam berdo’a merupakan penghalang dikabulkannya do’a. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan hal ini dalam sabdanya:
« يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ يَقُولُ دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِي»
رواه البخاري من حديث أبي هريرة
وفي رواية مسلم بلفظ: لاَ يَزَالُ يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِ مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ مَا لَمْ يَسْتَعْجِلْ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الِاسْتِعْجَالُ قَالَ يَقُولُ قَدْ دَعَوْتُ وَقَدْ دَعَوْتُ فَلَمْ أَرَ يَسْتَجِيبُ لِي فَيَسْتَحْسِرُ عِنْدَ ذَلِكَ وَيَدَعُ الدُّعَاءَ


Akan dikabulkan do’a salah seorang diantara kalian selama ia tidak terburu-buru (dalam do’anya) dan berkata: “Saya telah berdo’a, tapi belum juga dikabulkan!” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu). Dalam riwayat Muslim dengan lafazh: “Senantiasa dikabulkan do’a seorang hamba selama ia tidak berdo’a dalam perkara dosa atau dalam rangka memutus hubungan silaturrahim, serta tidak terburu-buru.” Maka ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, apa maksudnya terburu-buru (dalam do’a)?” Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Yaitu orang yang berdo’a tersebut berkata: ‘Saya sudah berdo’a dan berdo’a, tapi belum juga dikabulkan.’ Kemudian ia jenuh/bosan untuk berdo’a dan akhirnya meninggalkan do’a (tidak lagi berdo’a).”

3.   Menjauhi perkara yang haram

Diantara penghalang terkabulnya do’a adalah makan, minum, berpakaian dari apa-apa yang diharamkan ALLAh SWT.
Kemudian Rasulullah menyebutkan seorang laki-laki yang menempuh perjalanan jauh, rambutnya kusut lagi berdebu. Orang tersebut menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berdo’a :”Ya Tuhanku .. Ya Tuhanku ..” Sedangkan makanannya haram, minumannya haram, dan baju yang dipakainya dari hasil yang haram. Maka bagaimana mungkin do’anya akan dikabulkan ?”. (HR. Muslim, shahih dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu). Hadits ini menerangkan bahwa makanan yang haram merupakan sebab tidak terkabulnya do’a.

Allah SWT berfirman, artinya :”Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rizki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah jika benar-benar hanya kepadaNya kamu menyembah.” (QS Al-Baqarah: 172).

Dalam ayat lain, artinya :”Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yg terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah syetan, karena syetan itu adalah musuh yg nyata bagimu.”
(QS Al-Baqarah: 168).

Al-Hafidz Ibnu Mardawih meriwayatkan sebuah hadits dari Ibnu Abbas bahwa ketika dia (Ibnu Abbas) membaca suatu ayat : maka berdirilah Sa’ad bin Abi Waqash, kemudian berkata :”Ya Rasulullah, do’akan kepada Allah agar aku senantiasa menjadi orang yang dikabulkan do’anya oleh Allah.”

Maka Rasulullah SAW bersabda :”Wahai Sa’ad perbaikilah makananmu (makanlah makanan yang halal) niscaya engkau akan menjadi orang yang selalu dikabulkan do’anya. Dan demi jiwaku yang ada di tangan-Nya, sungguh jika ada seseorang yg memasukkan makanan haram ke dalam perutnya, maka tidak akan diterima amal-amalnya selama 40 hari, dan seorang hamba yang daging nya tumbuh dari hasil menipu dan riba maka neraka lebih layak baginya”. (HR.At-Thabrani)

Para salafus shalih sangat berhati-hati sekali terhadap apa-apa yang akan masuk ke dalam mulut dan perut mereka. Mereka amat bersikap wara’ di dalam menjauhi hal-hal yang syubhat apalagi yang haram. Dalam kitab shahih Al-Bukhari disebutkan, ‘Aisyah radhiyallah ‘anha menceritakan bahwa Abu Bakar mempunyai pembantu yang selalu menyediakan makanan untuknya. Suatu kali pembantu tersebut membawa makanan maka iapun memakannya. Namun setelah tahu bahwa makanan tersebut didapatkan dengan cara yang haram, maka dengan serta merta ia masukkan jari tangannya ke kerongkongan, kemudian ia muntahkan kembali makanan yang baru saja masuk ke dalam perutnya.

Imam An-Nawawi ketika hidup di negeri Syam, ia tidak mau memakan buah-buahan di negeri tersebut. Tatkala orang menanyakan tentang sebabnya, maka ia menjawab : “Di sana ada kebun-kebun wakaf yang telah hilang, maka saya khawatir memakan buah-buahan dari kebun tersebut”.

Makanan haram bisa disebabkan memang dzatnya yang haram, seperti : bangkai, daging babi, darah dan sebagainya. Atau karena haram cara mendapatkannya, seperti dengan cara mencuri, riba, curang dalam jual beli, korupsi, suap dan lain sebagainya.

Praktek-praktek mendapatkan harta dengan cara yang haram dapat dengan mudah kita saksikan di zaman ini. Perampokan, penipuan, riba, korupsi, kolusi dan yang lainnya hampir-hampir selalu diekspos tiap hari oleh koran-koran dan televisi atau media lainnya. Seolah-olah hal ini sudah merupakan masalah yang biasa. Segala macam cara akan digunakan manusia dalam rangka untuk mendapatkan harta yang sebanyak-banyaknya.

Rasulullah telah bersabda: “Akan datang suatu zaman, seseorang tidak akan peduli terhadap apa yang ia ambil, apakah itu halal atau haram.” (HR. Bukhari).

Arti salam

Assalamu alaikum (السلام عليكم as-salāmu `alaykum) merupakan salam dalam Bahasa Arab, dan digunakan oleh kultur Muslim. Salam ini adalah Sunnah Nabi Muhammad SAW, yang dapat merekatkan Ukhuwah Islamiyah umat Muslim di seluruh dunia. Untuk yang mengucapkan salam, hukumnya adalah Sunnah. Sedangkan bagi yang mendengarnya, wajib untuk menjawabnya.

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Kamu tidak dapat memasuki Surga kecuali bila kamu beriman. Imanmu belumlah lengkap sehingga kamu berkasih-sayang satu sama lain. Maukah kuberitahukan kepadamu sesuatu yang jika kamu kerjakan, kamu akan menanamkan dan memperkuat kasih-sayang diantara kamu sekalian? Tebarkanlah ucapan salam satu sama lain, baik kepada yang kamu kenal maupun yang belum kamu kenal." (Muslim)

Abdullah bin Amr RA mengisahkan bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW, “Apakah amalan terbaik dalam Islam?” Rasulullah SAW menjawab: Berilah makan orang-orang dan tebarkanlah ucapan salam satu sama lain, baik kamu saling mengenal ataupun tidak.” (Sahihain)Abu Umammah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: ”Orang yang lebih dekat kepada Allah SWT adalah yang lebih dahulu memberi Salam.” (Musnad Ahmad, Abu Dawud, dan At Tirmidzi)

Abdullah bin Mas’ud RA meriwayatkan Bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Salam adalah salah satu Asma Allah SWT yang telah Allah turunkan ke bumi, maka tebarkanlah salam. Ketika seseorang memberi salam kepada yang lain, derajatnya ditinggikan dihadapan Allah. Jika jama’ah suatu majlis tidak menjawab ucapan salamnya maka makhluk yang lebih baik dari merekalah (yakni para malaikat) yang menjawab ucapan salam.” (Musnad Al Bazar, Al Mu’jam Al Kabir oleh At Tabrani)

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Orang kikir yang sebenar-benarnya kikir ialah orang yang kikir dalam menyebarkan Salam.” Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 86:"Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan maka balaslah dengan penghormatan yang lebih baik, atau balaslah dengan yang serupa. Sesungguhnya Allah akan memperhitungkan setiap yang kamu kerjakan".

Demikianlah Allah SWT memerintahkan agar seseorang membalas dengan ucapan yang setara atau yang lebih baik. Hal ini telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hathim. Suatu hari ketika Rasulullah SAW sedang duduk bersama para sahabatnya, seseorang datang dan mengucapkan, “Assalaamu’alaikum.” Maka Rasulullah SAW pun membalas dengan ucapan “Wa’alaikum salaam wa rahmah”
Orang kedua datang dengan mengucapkan “Assalaamu’alaikum wa rahmatullah” Maka Rasulullah membalas dengan, “Wa’alaikum salaam wa rahmatullah wabarakatuh” .
Ketika orang ketiga datang dan mengucapkan “Assalaamu’alaikum wa rahmatullah wabarakatuhu.” Rasulullah SAW menjawab: ”Wa’alaika”.Orang yang ketiga pun terperanjat dan bertanya, namun tetap dengan kerendah-hatian, “Wahai Rasulullah, ketika mereka mengucapkan Salam yang ringkas kepadamu, Engkau membalas dengan Salam yang lebih baik kalimatnya. Sedangkan aku memberi Salam yang lengkap kepadamu, aku terkejut Engkau membalasku dengan sangat singkat hanya dengan wa’alaika.” Rasulullah SAW menjawab, “Engkau sama sekali tidak menyisakan ruang bagiku untuk yang lebih baik. Karena itulah aku membalasmu dengan ucapan yang sama sebagaimana yang di jabarkan Allah di dalam Al-Qur’an.”Dengan demikian kita bisa mengambil kesimpulan bahwa, membalas Salam dengan tiga frasa (anak kalimat) itu hukumnya Sunnah, yaitu cara yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. Kebijaksanaan membatasi Salam dengan tiga frasa ini karena Salam dimaksudkan sebagai komunikasi ringkas bukannya pembicaraan panjang.Di dalam ayat ini Allah SWT menggunakan kalimat obyektif tanpa menunjuk subyeknya.

Dengan demikian Al-Qur’an mengajarkan etika membalas penghormatan. Disini secara tidak langsung kita diperintah untuk saling memberi salam. Tidak adanya subyek menunjukkan bahwa hal saling memberi salam adalah kebiasaan normal dan wajar yang selalu dilakukan oleh orang-orang beriman. Tentu saja yang mengawali mengucapkan salamlah yang lebih dekat kepada Allah SWT sebagaimana sudah dijelaskan diatas. Hasan Basri menyimpulkan bahwa:“ Mengawali mengucapkan salam sifatnya adalah sukarela, sedangkan membalasnya adalah kewajiban” Disebutkan di dalam Muwattha’ Imam Malik, diriwayatkan oleh Tufail bin Ubai bin Ka’ab bahwa,

Abdullah bin Umar RA biasa pergi ke pasar hanya untuk memberi salam kepada orang-orang disana tanpa ada keperluan membeli atau menjual apapun. Ia benar-benar memahami arti penting mengawali mengucapkan salam. Pada bagian kalimat terakhir Surat An-Nisa ayat 86, Allah SWT berfirman:…" Sesungguhnya Allah akan memperhitungkan setiap yang kamu kerjakan".

Disini, mendahului memberi salam dan membalasnya juga termasuk yang diperhitungkan. Maka kita hendaknya menyukai mendahului memberi salam. Sama halnya kita harus membalas salam demi menyenangkan Allah SWT dan menyuburkan kasih-sayang diantara kita semua.Rasulullah SAW selanjutnya memberikan arahan memberi salam bahwa:Orang yang berkendaraan harus memberi salam kepada pejalan-kaki.Orang yang berjalan kaki memberi salam kepada yang duduk.Kelompok yang lebih sedikit memberi salam kepada kelompok yang lebih banyak jumlahnya.Yang meninggalkan tempat memberi salam kepada yang tinggal.Ketika pergi meninggalkan atau pulang ke rumah, ucapkanlah salam meski tak seorangpun ada di rumah (malaikat yang akan menjawab).Jika bertemu berulang-ulang maka ucapkan salam setiapkali bertemu.Pengecualian kewajiban menjawab salam:Ketika sedang salat. Membalas ucapan salam ketika salat membatalkan salatnya.Khatib, orang yang sedang membaca Al-Qur’an, atau seseorang yang sedang mengumandangkan Adzan atau Iqamah, atau sedang mengajarkan kitab-kitab Islam.Ketika sedang buang air atau berada di kamar mandi.Selanjutnya, Allah SWT menerangkan keutamaan salam di dalam surat Al-An’aam ayat 54:Jika orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami (Al-Qur’an) datang kepadamu, ucapkanlah “Salaamun’alaikum (selamat-sejahtera bagimu)”, Tuhanmu telah menetapkan bagi diri-Nya kasih-sayang. (Yaitu) Bahwa barangsiapa berbuat kejahatan karena kejahilannya (tidak tahu/bodoh) kemudian ia bertaubat setelah itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Allah s.w.t berfirman dalam surah al-Hasyr, ayat 23, mak sudnya: Dialah Allah, tiada Tuhan melainkan Dia; Yang Menguasai; Yang Maha Suci; Yang Maha Sejahtera; Yang Melimpahkan Keamanan; Maha Pengawal; Maha Kuasa; Maha Kuat; Memiliki segala Kebesaran. Maha Suci Allah dari segala yang mereka sekutukan.”Di dalam ayat ini, as-Salaam (Maha Sejahtera) adalah satu daripada nama agung Allah s.w.t. Sebelum terbitnya fajar Islam, orang Arab biasa menggunakan ungkapan lain, seperti ‘Hayakallah’ yang ertinya semoga Allah menjagamu tetap hidup.Kemudian Islam memperkenalkan ungkapan ‘Assalamu alaikum, ertinya semoga kamu terselamat daripada segala duka, kesulitan dan nestapa.

Ibnu Al-Arabi di dalam kitabnya ‘Al-Ahkamul Quran’ mengatakan, salam adalah satu ciri Allah s.w.t dan bererti “Semoga Allah menjadi pelindungmu.’Jangan pandang remeh pada ucapan salam. Disebabkan tidak memahami kedudukan ucapan “Assalamualaikum”, ucapan selamat pagi dan good morning lebih selesa di ungkapkan.Betapa besarnya makna salam dan ungkapan “Assala amualaikum”. Elok kita dalami makna salam, antaranya:Salam bukan sekadar ungkapan kasih sayang, tetapi juga doa pengharapan agar anda selamat daripada segala macam duka derita.Tidak seperti kebiasaan orang Arab yang mendoakan untuk tetap hidup atau selamat pagi yang sudah selamat. Kita yang belum mendapat jaminan selamat sepatutnya didoakan. Salam juga mendoakan agar hidup kita bukan saja selamat tetapi supaya mendapat penuh kebaikan.Salam mengingatkan kita semua bergantung kepada Allah s.w.t. Tidak satu pun makhluk yang boleh mencelakai atau memberikan manfaat kepada sesiapapun, juga tanpa per kenan Allah s.w.t.Perhatikanlah, ketika seseorang mengatakan kepada anda: “Aku berdoa semoga kamu sejahtera.” Maka ia menyatakan dan berjanji, yang anda aman daripada tangan (perla kuannya), lidahnya (lisan) dan ia akan menghormati hak hidup, kehormatan serta harga diri anda.Maknanya, orang yang mengucapkan salam itu memberikan pernyataan yang ‘kamu tidak terancam dan aman sepenuhnya daripada diriku.’ Kesimpulannya salam bererti mengingatkan (zikir) Allah dan mengingatkan diri.Ungkapan kasih sayang antara sesama Muslim adalah doa yang istimewa dan pernyataan atau pemberitahuan yang ‘anda aman daripada bahaya tangan dan lidahku.’Mulai sekarang, jangan berpisah dengan ucapan “Assa lammualaikum” sebab kelebihannya sangat hebat.Abdullah bin Mas’ud r.a meriwayatkan, bahawa Rasulullah s.a.w bersabda, maksudnya: “Salam adalah salah satu asma (nama) Allah s.w.t yang telah Allah turunkan ke bumi, maka tebarkanlah salam. Ketika seseorang memberi salam kepada yang lain, darjatnya ditinggikan di hadapan Allah. Jika jemaah suatu majlis tidak menjawab ucapan salamnya maka makhluk yang lebih baik dari merekalah (yakni para malaikat) yang menjawab ucapan salam.” (Musnad Al Bazar, Al Mu’jam Al Kabir oleh At Tabrani).

salam.”Secara harfiah  ini artinya:"Semoga diberikan keselamatan atasmu, dan rahmat Allah serta berkahNya juga kepadamu".Terima kasih anda tidak menyingkatnya menjadi Ass.wrwb., karena penyingkatan itu bisa menimbulkan makna lain. karena akan berbeda makna nya...maupun artinya.

Amarah

Menahan marah bukan pekerjaan gampang, sangat sulit untuk melakukannya. Ketika ada orang bikin gara-gara yang memancing emosi kita, barangkali darah kita langsung naik ke ubun-ubun, tangan sudah gemetar mau memukul, sumpah serapah sudah berada di ujung lidah tinggal menumpahkan saja, tapi jika saat itu kita mampu menahannya, maka bersyukurlah, karena kita termasuk orang yang kuat.dan amarah juga dapat melemah kan pikiran membuat kita tak dapat berfikir jernih.....

Rasolullah Saw bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلاً قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَوْصِنِي، قَالَ : لاَ تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَاراً، قَالَ: لاَ تَغْضَبْ
[رواه البخاري]
Terjemah hadits
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu sesungguhnya seseorang bertanya kepada Rasulullah sholallohu ‘alaihi wa sallam : (Ya Rasulullah) nasihatilah saya. Beliau bersabda : Jangan kamu marah. Beliau menanyakan hal itu berkali-kali. Maka beliau bersabda : Jangan engkau marah.(Riwayat Bukhori )


Dari Aisyah Radhiyallahu ‘‘Anha Rosulullah SAW bersabda:
مَا نِيلَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَيْئًا فَانْتَقَمَهُ إِلَّا أَنْ تُنْتَهَكَ مَحَارِمُ اللهِ فَيَنْتَقِمُ لِلَّهِ .

“Rasulullah Shallallahu ‘‘Alaihi wa Sallam tidak pernah marah jika disakiti. Tetapi jika hukum Allah dilanggar, maka beliau akan marah karena Allah."(HR. Muslim (6195), Ahmad (25200), Ath-Thabarani dalam Al-Awsath (7866), Al-Baihaqi dalam Ad-Dala`il (248).)

Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam misinya mengemban risalah dan menyebarkan dakwah Allah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sering sekali disakiti oleh musuh-musuhnya, terutama ketika masih berada di Makkah sebelum beliau hijrah ke Madinah. Beliau pernah dilempar batu hingga berdarah, pernah diludahi, pernah dilempar kotoran, dikatakan gila, pendusta, tukang sihir, dan sebagainya. Bahkan beliau juga pernah hampir dibunuh. Namun semua itu beliau hadapi dengan sabar dan ikhlas.

Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu mengisahkan, bahwa suatu hari dia pergi bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ketika itu beliau mengenakan jubah buatan Najran (Yaman). Tiba-tiba datang seorang badui dan menarik selendang yang sedang beliau kenakan dengan sangat kasar. Anas mengatakan, bahwa tarikan orang badui itu sampai membekas di pundak beliau dikarenakan saking kerasnya. Orang badui itu berkata, “Hai Muhammad! Beri aku dari harta Allah yang ada padamu!” Nabi pun menoleh kepadanya seraya tertawa kecil. Kemudian beliau menyuruh salah seorang sahabatnya agar memberikan sejumlah harta kepada orang badui tersebut.(Ibid, 1/225, hadits nomor 629.)

Lihatlah, betapa agungnya pribadi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, bukannya beliau marah kepada orang badui yang telah menyakitinya itu, namun justru beliau malah tertawa dan mengabulkan apa yang diminta oleh badui tersebut, yakni memberikan uang kepadanya. Akhlak beliau yang agung ini,

BERfirman Allah SWT:
وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ .
Dan mereka yang menahan amarahnya serta suka memaafkan orang lain. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik''  (QS. Al Imran: 134.)

Dalam ayat lain disebutkan,
 BERfirman Allah SWT:
وَلَمَنْ صَبَرَ وَغَفَرَ إِنَّ ذَلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ .
“Dan barangsiapa yang sabar dan memaafkan, maka sesungguhnya itu adalah perkara yang terpuji.
(qs Asy-Syura: 43)

Demikianlah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau tidak pernah marah jika dirinya disakiti. Akan tetapi, tidak demikian halnya apabila yang disakiti adalah Allah. Dalam arti kata, apabila hukum Allah yang dilanggar, maka beliau akan sangat marah.

Aisyah Radhiyallahu ‘Anha meriwayatkan, bahwasanya kaum Quraisy sedang dipusingkan oleh masalah seorang perempuan Bani Makhzum yang mencuri. Mereka berkata, “Siapa yang akan berbicara kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam?”[7] Sebagian dari mereka berkata, “Siapa lagi yang berani melakukannya kalau bukan Usamah bin Zaid anak kesayangan beliau?”Maka Usamah pun menyampaikan masalah ini kepada Rasulullah.

Tetapi apa reaksi beliau? Beliau sangat marah kepada Usamah. Beliau berkata, “Apakah engkau akan memberikan perlindungan dalam masalah hukum (had) Allah?!” Kemudian beliau berdiri dan berkhutbah, “Sesungguhnya umat sebelum kalian hancur dikarenakan apabila ada orang terhormat yang mencuri, mereka membiarkannya. Namun jika yang mencuri adalah orang lemah, maka mereka menjatuhkan hukuman kepadanya. Demi Allah, sekiranya Fathimah binti Muhammad mencuri, niscaya akan aku potong tangannya!”(Al-Lu‘lu‘ wa Al-Marjan 2/185, hadits nomor 1100.)

Kebiasaan beliau yang agung ini, hendaknya dapat kita jadikan pelajaran. Karena sering kita saksikan, dimana seseorang akan marah jika dirinya merasa tersinggung atau disakiti. Namun manakala hukum Allah dilanggar, dia tenang-tenang saja. Khususnya para penguasa, mereka tidak merasa gerah apabila agama Allah dilecehkan, tetapi ketika pemerintahannya dikritik, spontan mereka bereaksi. Termasuk juga kebiasaan para penguasa yang senang melindungi anggota keluarganya atau koleganya yang bersalah. Namun jika yang bersalah adalah orang lain, dengan sigap mereka segera bertindak.


* * *
apa yang harus dilakukan seorang Muslim ketika marah? Syekh Abdul Azis bin Fathi as-Sayyid Nada dalam kitab
Mausuu'atul Aadaab alIslamiyah, mengungkapkan hendak nya seorang Muslim memperhatikan adab-abad yang berkaitan dengan marah. Berikut adab-adab yang perlu diperhatikan terkait marah.

Pertama, jangan marah, kecuali karena Allah SWT. Menurut Syekh Sayyid Nada, marah karena Allah merupakan sesuatu yang disukai dan mendapatkan amal. Misalnya, marah ketika menyaksikan perbuatan haram merajalela. Seorang Muslim yang marah karena hukum Allah diabaikan merupakan contoh marah karena Allah.

"Seorang Muslim hendaknya menjauhi kemarahan karena urusan dunia yang tak mendatangkan pahala," tutur Syekh Sayyid Nada. Rasulullah SAW, kata dia, tak pernah marah karena dirinya, tapi marah karena Allah SWT. Nabi SAW pun tak pernah dendam, kecuali karena Allah SWT.

Kedua, berlemah lembut dan tak marah karena urusan dunia. Syekh Sayyid Nada mengungkapkan, sesungguhnya semua kemarahan itu buruk, kecuali karena Allah SWT. Ia mengingatkan, kemarahan kerap berujung dengan pertikaian dan perselisihan yang dapat menjerumuskan manusia ke dalam dosa besar dan bisa pula memutuskan silaturahim.

Ketiga, mengingat keagungan dan kekuasaan Allah SWT. "Ingatlah kekuasaan, perlindungan, keagungan, dan keperkasaan Sang Khalik ketika sedang marah," ungkap Syekh Sayyid Nada. Menurut dia, ketika mengingat kebesaran Allah SWT, maka kemarahan akan bisa diredam. Bahkan, mungkin tak jadi marah sama sekali. Sesungguhnya, papar Syekh Sayyid Nada, itulah adab paling bermanfaat yang dapat menolong seseorang untuk berlaku santun (sabar).

Keempat, menahan dan meredam amarah jika telah muncul. Syekh Sayyid Nada mengungkapkan, Allah SWT menyukai seseorang yang dapat menahan dan meredam amarahnya yang telah muncul. Allah SWT berfirman, " … dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memberi maaf orang lain, dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan." (QS Ali Imran:134).

Menurut Ibnu Hajar dalam Fathul Bahri, ketika kemarahan tengah me muncak, hendaknya segera menahan dan meredamnya untuk tindakan keji. Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang dapat menahan amarahnya, sementara ia dapat meluapkannya, maka Allah akan memanggilnya di hadapan segenap mahluk. Setelah itu, Allah menyuruhnya memilih bidadari surga dan menikahkannya dengan siapa yang ia kehendaki." (HR Ahmad).

Kelima, berlindung kepada Allah ketika marah. Nabi SAW bersabda, "Jika seseorang yang marah mengucapkan; 'A'uudzu billah (aku berlindung kepada Allah SWT, niscaya akan reda kemarahannya." (HR Ibu 'Adi dalam al-Kaamil.)

Keenam, diam. Rasulullah SAW bersabda, "Ajarilah, permudahlah, dan jangan menyusahkan. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaklah ia diam." (HR Ahmad). Terkadang orang yang sedang marah mengatakan sesuatu yang dapat merusak agamanya, menyalakan api perselisihan dan menambah kedengkian.

Ketujuh, mengubah posisi ketika marah. Mengubah posisi ketika marah merupakan petunjuk dan perintah Nabi SAW. Nabi SAW bersabda, "Jika salah seorang di antara kalian marah ketika berdiri, maka hendaklah ia duduk. Apabila marahnya tidak hilang juga, maka hendaklah ia berbaring." (HR Ahmad).

kedelapan  Berwudhuu.
Rasulullah bersabda Kemarahan itu itu dari syetan, sedangkan syetan tercipta dari api, api hanya bisa padam dengan air, maka kalau kalian marah berwudlulah (H.R. Abud Dawud).

Sesungguhnya Nabi SAW adalah orang yang paling lembut, santun, dan pemaaf kepada orang yang bersalah. "... dan ia tak membalas kejahatan dengan kejahatan, namun ia memaafkan dan memberikan ampunan... " begitu sifat Rasulullah SAW yang tertuang dalam Taurat, kitab yang diturunkan Allah kepada Nabi Musa AS.

Begitupun dgn sahabat nabi Ali bin abi thalib Ra
Diriwayatkan dalam perang shiffin,sayidina Ali bin abi thalib terlibat perkelahian satu lawan satu dgn musuhnya, sudah robek-robek pakaìan perang beliau,darah pun telah bercucuran namun musuh itu terlalu tangguh sehingga belum bisa di robohkannya,bahkan pada suatu kesempatan pedang musuh melayang nyaris menebas batang leher beliau tetapi dengan tangkas sayidina Ali mengelak,sambil mempergunakan siasat sehingga musuhnya itu dapat dijatuhkannya.

lalu bagaikan sayidina ali menindih tubuh itu,senjata nya dah siap dihujamkan kejantungnya,Dalam detik-detik itu tiba-tiba musuhnya itu meludahi wajah beliau,sayidina Ali marah bukan kepalang tapi yang aneh justru senjatanya dilemparkan dan musuhnya dilepaskan dari kematian...''Mengapa Tuan lepaskan saya? Mengapa Tuan urungkan membunuh saya?'' tanya orang itu dengan keheranan.Dengan menahan rasa amarah yang sangat,sayidina Ali berkata:''Aku tidak mau membunuhmu dengan kemarahan menguasai diriku akibat kau ludahi mukaku. Aku tidak mau mengotori perjuanganku dengan luapan rasa marah atau benci pribadi.''

Bagaimana seseorang sebelum mengalahkan orang lain akan tetapi harus terlebih dahulu mengalahkan (amarah)dirinya sendiri....pelajaran yg bisa didapat dari sahabat nabi Ali bin abi thalib Ra

semoga kita sebagai umat Rosulullah SAW agar dapat memahami segala yg pernah dilakukan Nabi dan para sahabat bagaimana kita meredam suatu amarah yg mungkin amat tidak mudah kita lakukan dan bagaimana kah amarah yg baikitu, semoga kita bisa mengambil pelajaran dari amarah ini .....dan semoga kita bisa menjalankannya .....
Amin AllohuMA  Amin



Nabi Hizqil

Nama Nabi Hizqil tidak disebutkan didalam al-Quran tetapi kisahnya diceritakan di dalam al-Quran surah Al-Baqarah (2:243) ,banyak nabi yg berasal dari bangsa yahudi,nama mereka ada yang disebutkan dengan jelas,seperti Nabi Musa dan juga Nabi Daud dan yang lainnya.

kisahnya di dalam Al-Quran, Berfirman Allah SWT :'' Apakah engkau tidak memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halaman mereka sedang mereka beribu-ribu jumlahnya karena takut mati,Maka Allah berfirman kepada mereka,'Matilah kalian' kemudian Allah menghidupkan mereka.Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia, tetapi kebanyakan manusia
tidak bersyukur.''(TQS  AL-Baqarah: 243)

Muhammad bin ishak menceritakan dari Wahab bin Munabih,''ketika kalib bin yofana kembali ke pangkuan ilahi, yaitu setelah yusya,semua urusan bani israel diserahkan kepada Nabi Hizqil bin Budzil,putra Al-Ajuz yg telah mendoakan kaumnya sebagaimana telah disebutkan Allah dalam firman-Nya

Asbath menceritakan dari Al-Saidi dari Abu Malik dari Abu Shalih dari Ibnu Abbas dari Murrah dari Ibnu Mas'ud dari beberapa sahabat mengenai firman Allah surah Al-Baqarah ayat 243, mereka mengatakan kampung halaman itu bernama Mawardan yg dijangkit penyakit tho'un(penyakit ganas, sehingga pagi sakit sore mati atau sore sakit pagi mati)...Akibatnya seluruh penduduk melarikan diri dan tinggal dipinggiran daerah tersebut mereka yang menetap dikampung itu pun binasa tetapi banyak juga dari mereka yg tidak mati,setelah penyakit tho'un lenyap,mereka pun kembali dalam keadaan selamat maka orang-orang yg tetap tinggal dikampung itu berkata,'para sahabat kami lebih beruntung dari kami,seandainya kami melakukan seperti yg mereka lakukan,niscaya kami akan tetap hidup,jika penyakit tho'un mewabah yang kedua kalinya, kami akan ikut keluar bersama mereka.'...

Pada tahun berikutnya penyakit tho'un itu melanda mereka kembali,maka mereka yg berjumlah  ribuan lebih melarikan diri hingga tinggal di lembahAfih...Mereka diseru malaikat dari bawah lembah dan dari atas lembah ''Matilah kalian semua'' mereka pun dilewati seorang Nabi yg bernama Nabi Hizqil,ketika menyaksikan mereka, Nabi Hizqil berhenti,berfikir tentang mereka itu dan menggerakkan kedua bibir dan jari-jarinya...

Allah mewahyukan kepadanya,''Apakah engkau mau Aku memperlihatkan kepada mu bagaimana Aku menghidupkan mereka?'' Nabi pun menjawab''Ya''...Nabi Hizqil memikirkan keajaiban dari kekuasaan Allah Azza wa Jalla atas mereka kemudian dikatakan kepadanya,''Serulah'',maka Nabi Hizqil pun berseru,'' Hai tulang-belulang,sesungguhnya Allah menyuruh kalian untuk bersatu''.Seketika itu juga tulang-belulang itu saling bertebaran,saling memadu satu dengan lainnya,hingga akhirnya menjadi jasad yang masih dalam bentuk tulang..

.Allah mewahyukan kepadanya agar dia menyeru,''Hai sekalian tulang-belulang,sesungguhnya Allah menyuruh kalian agar kalian mengenakan daging''.maka tulang-belulang itu pun langsung berlapiskan daging,berdarah,sekaligus berpakaian...Dikatakan kepada Nabi Hizqil ,''Serulah'' Maka Nabi pun berseru.''Wahai para jasad, Sesungguhnya Allah menyuruh kalian untuk bangkit''.mereka pun bangkit...

Asbath berkata dengan bersumber dari mujahid,bahwa mansyur beranggapan ketika di hidupkan kembali mereka berkata ''Mahasuci Engkau ya Allah,segala puji hanya bagi-Mu, tiada Tuhan melainkan Allah''.mereka kembali kepada kaumnya dalam keadaan hidup padahal diketahui bahwa mereka sudah mati.

Rasulullah SAW bersabda:'' Wabah tersebut pernah ditimpakan sebagai siksaan bagi umat-umat sebelum kalian,jika kalian mendengar berita tentang penyakit itu di suatu daerah janganlah kalian memasuki daerah itu,Dan jika penyakit itu mewabah di daerah dimana kalian berada janganlah kalian keluar darinya karena hendak melarikan diri darinya.''( H.R. Ahmad)

Imam Bukhari dan Imam Muslìm juga meriwayatkan hadist senada yang bersumber dari Al-Zuhri...Muhammad bin Ishak mengemukakan, '' Tidak disebut kan kepada kami berapa lama Nabi Hisqil menetap di tengah Bani Israel hingga akhirnya Allah SWT memanggilnya kembali ke sisi-Nya.''...

Setelah Nabi Hizqil wafat, Bani israel melupakan janji mereka kepada Allah, bahkan mereka menyembah berbagai macam berhala, yang salah satunya bernama Ba'al,kemudian Allah SWT mengutus Ilyas bin Yasin bin Fanhas bin Izar bin Harun bin Imran kepada mereka...
Berfirman Allah SWT: '' Manusia adalah umat yang satu maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka kitab yang benar untuk memberi keputusan diantara mereka tentang perkara yang di perselisihkan."(TQS Al-Baqarah:213)

Yang dapat diambil pelajaran adalah bahwa kematian adalah kepastian, akan datang cepat ataupun lambat dan
iman kepada hari kiamat  hari kebangkitan.... perumpamaan yg pernah ada di zaman Nabi Hizqil
Bagaimana manusia di bangkitkan yg hanya tinggal tulang-belulang lalu menjadi manusia seutuhnya, dimana pun jasadnya berada entah di dalam dasar laut,di atas gunung dan juga di pemakaman semua akan di bangkitkan di hari kiamat semoga dgn kisah ini sebagai bahan renungan tentang hari akhir dan sebagai persiapan mencari sebanyak-banyaknya perbekalan dikehidupan yang akan datang.....WAllahualam bishawab